Ujian untuk Kebaikan Kita



“Dan Kami uji mereka dengan nikmat yang baik-baik dan bencana yang buruk-buruk, agar mereka kembali kepada kebenaran (QS. Al-A’raf : 168).
“Barangsiapa yang dikehendaki Alloh dengan kebaikan maka ditimpakan ujian kepadanya”(HR. Bukhari).
Semua ujian yang Alloh berikan kepada kita adalah wujud cinta-Nya kepada kita. Ujian adalah jalan Alloh untuk memberikan kebaikan kepada kita. Kalau ujian ini membuat kita kembali kepada-Nya maka ujian ini adalah hidayah yang mesti kita syukuri. Kalau tidak ada ujian, bisa jadi kita lupa dengan Tuhan kita.
Relakan demi yang terbaik
Cerita yang sangat menarik:
Khunais, suami Hafshah gugur dalam medan perang Badar. Rasulullah yang telah menguburkan jenazahnya dipemakaman Baqi’. Hafshah sangat terpukul dengan perpisahan itu, terlebih ia menjadi janda diusia 18 tahun. Umar bin Khattab sedih melihat kondisi anaknya, ia memutuskan untuk mencarikan suami seorang Muslim yang saleh. Umar meminta kepada Abu Bakar untuk bersedia menikahi putrinya. Abu Bakar hanya terdiam. Kemudian Umar menemui Utsman bin Affan dan meminta kesediaanya untuk menikahi putrinya. Namun disaat itu Utsman masih berkabung karena istrinya Ruqayah (putri Rasulullah) baru meninggal. Lalu Umar menemui Rasulullah dan menceritakan masalahnya. Rasulullah berkata, “Hafshah akan menikah dengan seseorang yang lebih baik daripada Utsman. Sedangkan Utsman pun akan menikah dengan seseorang yang lebih baik daripada Hafshah”. Tidak lama kemudia Rasulullah meminang Hafshah, dan pada waktu yang tidak lama beliau juga menikahkan Utsman dengan putrinya, Ummu Kultsum. Setelah pernikahan Hafshah selesai, Abu Bakar menemui Umar dan menyatakan permintaan maafnya. “Jangan sakit hati kepadaku”ujarnya, “sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah menyatakan maksudnya untuk menikahi Hafshah. Aku tidak ingin membuka rahasia beliau. Seandainya beliau tidak menyatakan maksudnya, aku pasti bersedia menikahinya”.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Alloh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QR. Al-Baqarah : 216).

Merelakan bukan akhir dari segalanya, tapi sikap mulia yang dapat membuka babak baru dalam hidup kita. Dalam kerelaan tersimpan kejernihan hati dan kejujuran sikap. Kebahagiaan yang datang kepada kita akan lebih indah daripada angan-angan yang tak pernah menjadi nyata. Tak perlu bersedih. Semua itu akan menyapa kita jika waktunya telah tiba.

@teladanrasul. 2014. Halaqah Cinta. Jakarta : QultumMedia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seruan Kerinduan

Kejujuran itu seperti Es Krim

Almamater ~ Taufiq Ismail