Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober 5, 2014
Bahasa sastra yang rumit itu penuh tantangan tapi sangat mengasikan Karena fikiran bebas untuk menafsirkan Bukan memenjarakan kita pada satu jalan Kreatifitas itu harus diasah Bukan dikekang dalam satu naungan Jangan mengatakan menulis itu sulit Menulis itu mudah, Membacalah, bacalah sebanyak - banyak kau mampu membacanya Dengan membaca kreatifitas dan imajinasimu akan terangsang sendiri Pena yang tadinya malas Akan bersemangat menghiasi kertas putimu, meliuk -liuk menari dengan riang Karena bahagia, bisa menuangkan apa yang dirasa Apa yang difikirkan hingga tinta menempel dan mengering disana Menyimpan segala memori yang tak sanggup tuk disimpan dalam memori diri Sragen, 5 Oktober 2014 Nida Asywaq Tiada yang salah dengan membaca Dari membaca Intuisiku bangkit dan memulai memainkan pena Menguasai imajinasi penuh harapan menuju kebebasan berfikir Sragen, 7 Oktober 2014 Nida Asywaq
Bukankah kesempatan itu ada karena adanya peluang ?? Saat celah kesempatan itu tersumbat baik sengaja atau tidak Sebisa mungkin akan k sumbat celah menyakitkan itu Untuk apa kalian menelan madu dalam lautan racun mematikan, tiada guna Ku harap peluang kesakitan itu tidak menghampirimu, kawan Karena aku peduli Sragen, 5 Oktober 2014 Nida Asywaq
Tak usah bercakap hatimu tengah singgah Jika kini hatimu masih saja berkelana Tak usah terburu - buru jika dirasa hati belum mantap Tak usah banyak bercakap kata - kata yang murah untuk diobral Karena wanita hanya butuh kepastian Karena wanita bukanlah jemuran Yang seenak hati digantung - gantung Wanita juga bukan tempat parkir yang sementara waktu bisa disinggahi Dan setiap waktu ditinggalkan untuk menjelajah kehati yang lain Sragen, 5 Oktober 2014 Nida Asywaq
Terkadangpun seorang yang peka kehilangan rasa (sensitifitas) Begitu jugapun seorang yang perasa yang kehilangan peka Bukankah seharusnya saling berdampingan untuk saling melengkapi ? Mungkin waktunya untuk kembali menengok sejenak, Introspeksi diri, bukan pada sekitar (orang/lingkungan) tapi lebih kepada cermin diri Sragen, 18 September 2014 Nida Asywaq
Teringat sebuah nama Teringat sebuah peristiwa Nama yang tak asing saat aku buka kembali buku - buku yang bercerita sejarah masa itu Masa dimana antara strategi dan sebuah pengkhianatan sekan samar terlihat Sragen, 18 September 2014 NiDa Asywaq

Terpenjara dalam Kebebasan

Terpenjara dalam rutinitas yang membunuh kreatifitas Imajinasi bak melayang tanpa tertangkap oleh tulisan Kata sekan beku tak bisa diucap pun diukir dalam kertas usang Rasa terus bergejolak, memberontak, menginginkan sebuah kebebasan Kebebasan berfikir, kebebasan berekspresi Apa kini pendidikan punya nilai pengaruh yang tinggi dalam mengekang pola fikir Keluarlah dari zona aman dan nyamanmu, lukis kanvas kehidupanmu dengan warna warni keceriaan Lepaskan segala penat, penat yang terus mengerogoti otakmu tanpa kendali Otakmu punya hak untuk merasai damai, sejuk dan bebas mengekspresikan apa yang difikirkan Bukan justru terbelenggu oleh egoisme semata Sragen, 18 September 2014  Nida Aasywaq

Indonesiaku

Indonesiaku, Mungkin kini kabut tengah menyelimuti pandanganmu, Tapi, aku punya keyakinan Indonesiaku Masih punya mata hati yang murni Mampu melihat dengan nurani Memilih pemimpin itu bukan hanya memilih satu, dua individu Tapi kita juga harus melihat siapa, elit politik apa yang berdiri dibelakang mereka Sekali lagi, ini bukan hanya melihat calon presiden, tapi lihatlah orang-orang yang ada dibelakang mereka Akan dibawa kemana negeri ini ??? Wonogiri, 24 Juni 2014 Nida Asywaq

Arti sebuah nama

Menepi dalam kesunyian Meratap tanpa harap Perasaan yang terlanjur mengakar kuat dalam media hati yang subur Tiba – tiba teracuni oleh senyawa kimia yang menghancurkannya Arti sebuah nama yang tengah terpatri dalam hati yang terdalam Melekat, mengikat dan melilitkan ingatan tentang seseorang Yang tak pernah kutulis namanya dalam tulisanku Yang tertulis hingga kini masih menjadi ANONIM Dan masih akan tetap menjadi anonim Sragen, 28 Agustus 2014 Nida Asywaq