Tebar Manfaat, Semai Kebaikan untuk Sesama



“Hiduplah sebagai seorang sahabat yang terbaik bagi segenap temanmu. Jadikanlah namamu sebagai perlambangan bantuan bagi orang-orang yang tertindas. Dan, jadikanlah dirimu sebagai pohon hijau yang rindang bagi istirahatnya orang-orang yang lelah dan kepanasan” (Sayyid Muhammad Wakil)

Berusahalah menjadi yang terdepan dalam memberi manfaat, menebar kebaikan dan mengulurkan pertolongan.

Orang-orang terbaik dimata Alloh dan Rasul
Ø Mereka yang paling banyak bacaan dan ilmu Al-Qur’annya, paling bertakwa, dan paling suka ber-amar ma’ruf nahi munkar serta paling rajin menyambung silaturahmi (HR. Ahmad)
Ø Mereka yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya (HR. Bukhari-Muslim)
Ø Orang yang kebaikannya selalu diharapkan dan orang lain merasa aman dari keburukannya (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
Ø Yang terbaik akhlaknya (HR. Bukhari-Muslim).
Ø Yang paling baik terhadap keluarganya (HR. Tirmidzi)
Ø Yang memberi makanan atau yang memberi makan (HR. Ahmad)
Ø Yang paling bermanfaat bagi manusia yang lainnya (HR. Thabrani)

Tiga faktor dalam memberi manfaat:
1.    Faktor emas
Masing-masing kita unik, punya keunggulan dibidang tertentu. Dengan terus mengasahnya, kita akan mampu memberi manfaat kepada banyak orang. Tanda suatu keterampilan itu faktor emas pada diri kita :
ü Cepat menguasainya
ü Sangat berminat terhadapnya
ü Mudah membangun rasa percaya diri dalam bidang tersebut
ü Punya kemampuan yang baik dalam berimprovisasi dan berinovasi dalam bidang itu.
Nantinya, kita akan belajar, bekerja dan meluangkan sebagian besar waktu dan tenaga kita pada peran emas ini.
2.    Faktor kali
Faktor kali sangat penting dan bermanfaat. Perhatikan apa yang bisa melipatgandakan manfaat yang kita berikan, lalu kerjakan amal baik dengan memerhatikan hal itu.
Kalau kita mempunyai ilmu dan kita berusaha agar ilmu tersebut memberi manfaat bagi orang banyak, kita akan bersemangat menyebarkan lewat diskusi-diskusi, medsos, media cetak, blog, buku dan media lainnya.
3.    Faktor abadi
Faktor diterimanya amal dan keberlangsungannya. (1) luruskan niat karena Alloh (2) fokus pada kontribusi yang abadi, yang pahalanya terus mengalir meski kita sudah wafat. Yaitu (1) ilmu yang bermanfaat (2) sedekah jariyah (3) anak yang saleh.

Mulai sekarang, katakan pada diri sendiri
“Hadirku untuk memberi manfaat. Aku akan berusaha untuk terus memberi kebaikan. Aku akan mempelajari berbagai ilmu, aku akan membaca banyak buku, aku akan belajar dari ahlinya, dan aku akan menyebarkannya. Aku harap semua ilmu yang ada padaku menyebar kepada orang lain. aku akan menuliskan banyak ide dan pengetahuanku untuk memberi pencerahan, memperdalam pengetahuan, dan memberi perbaikan bagi kehidupan.

Aku akan berusaha dan bekerja sebaik mungkin. Aku akan menggunakan harta yang Alloh anugerahkan untuk memberi nafkah kepada keluarga, memberi hadiah untuk orang tua, membantu teman, memberi sedekah kepada anak yatim, membantu modal bagi para dhuafa, membuatkan sarana air bersih, menyediakan sarana ibadah, menyediakan Al-Qur’an dan buku-buku untuk perpustakaan, dan lain-lain.

Aku akan berusaha sebaik-baiknya. Bagiku, waktu yang bermakna adalah saat bisa kugunakan utuk berbuat baik kepada sesama. Bagiku, iri hanya boleh terhadap dua orang (1) orang yang punya banyak harta lalu bersedekah dengan hartanya (2) orang yang punya kedalaman ilmu lalu mengajarkannya kebaikkan dengan ilmunya itu.
Teruslah berbuat baik. Teruslah memberi. Teruslah menebar manfaat. Jika letih, ingatlah nasihat Ali bin Abi Thalib “Nilai setiap orang adalah kebaikan yang dilakukannya. Apabila engkau merasa letih karena berbuat kebaikkan, keletihan itu akan hilang dan kebaikan yang dilakukan akan terus kekal.

“Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia maka ia tetap di bumi. Demikianlah Alloh membuat perumpamaan-perumpamaan” (Q.S Ar-Ra’du : 17).

@teladanrasul. 2014. Halaqah Cinta. Jakarta : QultumMedia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seruan Kerinduan

Kejujuran itu seperti Es Krim

Almamater ~ Taufiq Ismail