Untuk 'dia' yang penuh kesalahfahaman
rasa sakit, tak seharusnya berbalas menyakiti
dari segores lukisan gambar yang terpampang nyata didepan mata
membuktikan permainan luka tengah dimulai
sebuah kesalahfahaman yang tersulut ketidakmengertian
membuat sebuah hati menjadi brutal dan membabi buta tiada batas
membenci, dan mencoba membalas sakit yang kau peroleh
aku mencoba untuk tak memperdulikkan
aku mencoba tegar, berdiri dalam tikaman badai yang kau tiupkan
seperti kupu-kupu yang tengah kehilangan kepalanya
tiada arah yang dituju, empat sayap terus mengepakkan sayap
namun, tanpa kesempurnaan arah
senyum yang pernah ku rasai, tak lagi dapat kugengam
kehangatan sapaan tak lagi menyapa
justru goresan luka itu terus tercipta penuh dengan lumuran darah kesakitan
aku tak pernah merasa damai jika bersama,
aku merasakan kebersamaan semu,
saling menyakiti dan saling tikam tanpa ampun
hingga akhirnya akupun menyerah dan pasrah untuk merelakan
pergi dengan menyisakan kebencian terhadap diri ini
aku tak pernah menyalahkan, jika akhirnya kamu, dia ataupun mereka membenciku
karena aku sendiri yang membuat kamu, dia dan mereka membenci
rasa sakitku, biarlah aku yang rasai sendiri
rasa sakitku biarlah kutahan kuat-kuat dalam dasar hatiku
rasa sakit itu, biarlah terdegradasi oleh kenangan indah yang ditinggalkan
dari segores lukisan gambar yang terpampang nyata didepan mata
membuktikan permainan luka tengah dimulai
sebuah kesalahfahaman yang tersulut ketidakmengertian
membuat sebuah hati menjadi brutal dan membabi buta tiada batas
membenci, dan mencoba membalas sakit yang kau peroleh
aku mencoba untuk tak memperdulikkan
aku mencoba tegar, berdiri dalam tikaman badai yang kau tiupkan
seperti kupu-kupu yang tengah kehilangan kepalanya
tiada arah yang dituju, empat sayap terus mengepakkan sayap
namun, tanpa kesempurnaan arah
senyum yang pernah ku rasai, tak lagi dapat kugengam
kehangatan sapaan tak lagi menyapa
justru goresan luka itu terus tercipta penuh dengan lumuran darah kesakitan
aku tak pernah merasa damai jika bersama,
aku merasakan kebersamaan semu,
saling menyakiti dan saling tikam tanpa ampun
hingga akhirnya akupun menyerah dan pasrah untuk merelakan
pergi dengan menyisakan kebencian terhadap diri ini
aku tak pernah menyalahkan, jika akhirnya kamu, dia ataupun mereka membenciku
karena aku sendiri yang membuat kamu, dia dan mereka membenci
rasa sakitku, biarlah aku yang rasai sendiri
rasa sakitku biarlah kutahan kuat-kuat dalam dasar hatiku
rasa sakit itu, biarlah terdegradasi oleh kenangan indah yang ditinggalkan
Komentar
Posting Komentar