Bahagia yang terampas

Teruntuk kamu
Kamu yang pernah datang dalam kehidupanku tanpa undangan
Teruntuk kamu yang pergi dari hidupku tanpa berpamitan

Begitukah etika yang seharusnya kamu tunjukan?
Bukankan kamu paham akan psikologi?

Bukankah dulu aq yang selalu kamu uji coba saat mendalami karakter orang

Aku masih ingat, begitu banyak pertanyaan kau ajukan. Namun dengan penutup yang tak menyenangkan. Aku berusaha abai...

Namun semua terlanjur membekas
Dulu kamu yang terus meyakinkan raguku
Dulu kamu yang selalu menyuguhiku manisnya janji-janji
Aku selalu abai , tapi ibarat karang yang terus tergerus ombak
Abai ku terkikis dan percayaku mulai terbangun, hingga sebuah harap ku bangun dalam hati yang terdalam
Namun yang tertinggal hanyalah ampas kopi yang pait

Aku tau saat ini kamu sudah bahagia dengan orang lain yang tak pernah ku tau siapa dia,
Namun masih ingatkah kamu denganku?
Wanita yang pernah kau beri janji namun kini dia terjebak dalam kesakitan tiada bertepi
Bahkan wanita itu terus mencoba bangkit dan melangkah
Namun setiap langkahnya ia terus saja terjatuh, tersungkur karna kenangan2 yang terus menjadi batu sandungan

Kelak jika kau punya anak perempuan, kau akan tau bagaimana perasaan seorang ayah yang melihat hati anak perempuan nya hancur hanya karena laki-laki sepertimu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seruan Kerinduan

Kejujuran itu seperti Es Krim

Almamater ~ Taufiq Ismail