Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Menjadi Lebih Baik, Agar selalu ditolong Allah (Umar Hidayat)

Kadang, runyamnya kehidupan lebih sering didominasi oleh faktor internal. Akan menjadi bahaya jika ketidakmampuan mengelola diri telah menguasai diri kita. Tidak akan sampai tujuan bila ternyata kita masih jalan di tempat. Harapan itu tetap ada sepanjang Allah yang kita jadikan penolongnya. Bencana terbesar bagi kita adalah ketika Allah telah memberi kita kesempatan yang sama untuk berbuat baik, tapi kita lebih memilih berbuat buruk dengan sadar. Melawan godaan disaat penderitaan menghampiri adalah perjuangan yang sulit. Akan tetapi, godaan untuk hanya menjadi manusia yang biasa-biasa saja itu jauh lebih sulit. Kegelisahan itu datang menguji. Apapun penyebabnya, maka kebahagiaan terasa dahsyat ketika kita mampu melewati masa-masa yang menggelisahkan itu. Karenanya , ketika datang kegelisahan, maka yakinlah akan ada kebahagiaan yang akan menggantikannya. Dan imanlah yang akan mengawal kita dalam menjalaninya. Tidak selamanya kegelisahan menghanyutkan kebahagiaan. Kegelisahan h...

November Berlalu Agustus Menyambut

November berlalu😌 Hey Agustus... 😒 Berapa hati telah engkau patahkan? Berapa luka telah engkau goreskan? Seberapa dalam paku harap engkau tancapkan? Seberapa manis glukosa yang kau suguhkan? Apakah itu yang bisa membuatmu puas menyembuhkan kecewamu? Apakah hal-hal seperti itu yang bisa membuatmu bangkit dari rasa sakit? Siapa yang mengecewakanmu? Siapa yang menyakitimu? Ya bisa jadi kaum hawa Tapi tidak bisa kemudian engkau membalaskan rasa kekesalanmu pada kaum hawa yang lainnya Yang tidak tau menau tentang kesakitanmu Mereka tidak selayaknya mendapatkan muntahan racun yang telah lama tertimbun dalam batinmu karena terinfeksi oleh kesakitan masa lalumu Kamu terlalu licik kali ini Pengecutmu adalah melangkah dan membiarkan korbanmu berjatuhan dalan ketidakjelasanmu Kelak kamu akan memahami kembali bahwa sekecil apapun bentuk balas dendam tidak akan pernah menjadi sikap yang terpuji

On a Journey (Desi Puspitasari)

Memangnya aku melarikan diri dari siapa? Aku hanya sedang menyibukkan diri. Saat itu musim gugur. Angin bertiup dingin dengan sedikit gelisah. Rasanya seperti ada yang salah , tetapi tidak tahu apa. Sehelai daun kering coklat bergulir pelan dijalan setapak. Bukan warna yang kontras , tetapi kau tau rasanya seperti... Seperti... Seperti apa ya? Rasanya seperti "sepi" Setiap orang yang datang pada akhirnya akan ditakdirkan pergi. Apa yang sedang kau cari? Apa yang kau hindari? Apa yang kau lakukan ketika kau sedang patah hati?  Selain menangis. Membaca buku. "Better read than sleep. Tidur hanya akan membuatku teringat akan hal-hal sedih maka bunuhlah dengan membaca. Toh aku bukanlah seorang penulis yang bisa mengendalikan tokoh-tokoh dalam ceritaku. Aku terlalu takut menghadapi kenyataan. Jangan pernah merasa sendirian bila sedang merasa sedih.