Mbah Kung Mbah Uti Semangaku

Fokus dengan target yang pernah kamu tuliskan di dinding kamar kostan zaman kuliah dulu. Ada banyak target yang hendak dicapai. Ada yang sudah tercapai dan berjalan

namun masih ada yang perlu diperjuangkan. Teringat pesan mbah utiku tersayang “nduk segala sesuatu yang berarti itu ndak bisa didapat hanya dengan pasrah, tapi perlu untuk diperjuangkan. Kudu kuat menghadapi tantangan di depan”.

Zaman mbah kung masih hidup aku pernah menghadapi hal yang sama. Tapi mbah kung meyakinkanku bahwa gak ada yang gak mungkin, kalau kita yakin Allah pasti kasih jalan. Dan benar adanya hanya bermodalkan niat, nekad dan yakin Alhamdulillah aku lolos SNMPTN kala itu. Orang pertama yang aku peluk adalah mbah kungku. Orang yang berhasil meyakinkanku dan menanamkan sebuah keyakinan dalam hatiku bahwa aku mampu melakukan itu. Orang kedua yang aku peluk adalah ibuku. Sifat melankolis beliau mampu meluluhlantahkan hatiku sehingga menjadi semangat positif yang berujung pada sikap optimis.

            Zaman sekarang aku harus kembali berjuang untuk mencapai citaku, harapan dan mimpiku untuk masuk ke Lembaga Pemerintahan. Semangat itu kembali muncul saat ucapan mbah uti terdengar oleh hatiku bukan lagi telingaku. Saat aku merasa pesimis dengan langkahku, ucapan beliau menjadi cambuk yang luar biasa untuk kemalasanku. Satu keyakinanku, aku bisa membanggakan mbah uti salah satunya dengan aku diterima PNS di Kementerian Pertanian. Aamiin. Aku ingin pulang dan memeluk beliau sama persis dengan yang pernah aku lakukan terhadap mbah kungku. Aku ingin memberi kado terindah kepada beliau di masa hidupnya.

            Semoga Allah mengizinkan dan meridhoi. Aamiin.